Hasil temuan Tim Terpadu Riset Mandiri Gunung Padang, bahwa ada
bangunan megah yang terkubur di bawah situsi Gunung Padang, mengundang
apresiasi banyak pihak. Termasuk TNI Angkatan Laut.
Melalui Kadispen TNI AL, Laksma TNI Untung Suropati, TNI AL
menyatakan kesediannya membantu para ilmuwan melakukan proses ekskavasi
terhadap bangunan purba yang terkubur di situs Gunung Padang, Cianjur,
Jawa Barat.
“Pada prinsipnya TNI AL selalu siap dilibatkan,” ungkap Untung saat menghadiri seminar bertajuk “Teknologi Perkapalan dan Sejarah Peradaban Indonesia” di Universitas Indonesia, Rabu (10/4).
Dalam seminar tersebut, Laksma TNI Untung Suropati mendengar
pemaparan langsung dari paparan dari arkeolog yang tergabung dalam Tim
Terpadu Riset Mandiri Gunung Padang, Dr. Ali Akbar, terkait temuan
terbaru dalam sejarah peradaban Indonesia itu.
Pakar hukum laut internasional, Prof Dr Hasjim Djalal, yang banyak
mewakili Indonesia dalam meja perundingan batas-batas Negara, menyatakan
bahwa temuan sejarah merupakan bukti pendukung utama dalam menentukan
batas-batas negara.
“Saya mengikuti paparan Pak Ali Akbar, bahwa Gunung Padang bukan
sekadar artefak sejarah. Sudah bagus pemerintah mau membantu peneliti,
selama ini kesanya para peneliti dibiarkan bekerja sendiri,” ujarnya.
Sekedar informasi, Tim Terpadu Riset Mandiri Gunung Padang merupakan
gabungan sejumlah ilmuwan terbaik Indonesia, diantaranya, seperti Dr.
Danny Hilman Natawijaya (Ahli Kebumian dari LIPI), Dr. Andang Bachtiar
(Mantan Ketua Umum IAGI), dan Dr. Ali Akbar (Pendiri Masyarakat
Arkeologi Indonesia).
Ada pula Dr. Lily Tjahjandari (ahli budaya FIB UI), Pon Purajatnika
(praktisi arsitek dan kawasan), Hokky Situngkir (Ahli kompleksitas dan
astronomi dari BFI), Dr. Budianto Ontowirjo (Ahli permodelan sipil
BPPT), Dr. Andri S Subandrio (Ahli petrografi ITB), Prof.DR.Zaidan
Nawawi (Ahli Administrasi Negara), dan lain-lain.
Tim ini dibentuk atas inisiatif Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan
Sosial dan Bencana Alam, Andi Arief, merupakan pendalaman terhadap
temuan ikutan dalam penelitian kebencanaan purba.
Tim Terpadu Riset Mandiri ini sendiri menggunakan berbagai metode non
konvensional dalam penelitianya seperti penggunaan geolistrik,
georadar, maupun geomagnetik, serta dan alat bantu geofisika lainnya.
Selain itu, mereka juga menggunakan citra satelit, foto IFSAR, kontur
dan peta model dijital elevasi (DEM). Data yang dihasilkan kemudian
ditambah dengan pembuktian paleosedimentasi di beberapa titik bor
sampling dan analisa petrografi.
Sejauh ini, kesuksesan Tim Terpadu Riset Mandiri ini adalah
kesimpulan mereka bahwa ada bangunan megah berukuran 15 hektar (setara
dengan 10 kali dari Candi Borobudur) yang tertimbun di Gunung Padang.
Ini pertamakalinya ilmuwan-ilmuwan kita mampu secara mandiri –tanpa
bantuan asing–menemukan bukti pusat kebudayaan purba yang mengejutkan
dunia. “Dan yang lebih penting dari itu, tim dari lintas disipilin ilmu
dan asal institusi juga mampu berkerjasama dan membuktikan kemampuan
bangsa kita kepada dunia,” kata Andi Arief.
Lifany Husnul Kurnia
Minggu, 14 April 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar